Januari 09, 2009

Perhitungan Matematis “Hari Raya Galungan” dalam Agama Hindu (Refleksi Artikel ”Ritual Mathematic”

Dalam budaya masyarakat Jawa, seperti yang disampaikan dalam Karya Bapak Dr. Marsigit dengan Judul ”Ritual Mathematic” terdapat suatu tradisi yaitu peringatan ”tujuh hari”, ”40 hari”, ”100 hari”, dan bahkan ”1000 hari” meninggalnya kerabat atau anggota keluarga. Untuk menentukan pada hari apa jatuhnya peringatan tersebut, masyarakat Jawa sudah familiar menggunakan suatu perhitungan tertentu (baca: Ritual Mathematic dalam http://marsigitphilosophy.blogspot.com).
Sebagaimana halnya kebiasaan masyarakat Jawa, perhitungan masyarakat Bali dalam menentukan jatuhnya hari-hari suci (Hari Raya Galungan, kuningan, Pagerwesi, Hari Saraswati, Banyupinaruh, Buda Keliwan, Anggara Kasih, dll) juga menggunakan perhitungan yang lebih banyak dipelajari secara informal yaitu dalam lingkup keluarga dan dalam menentukan datangnya perayaan hari suci tersebut, terdapat implementasi dari materi pelajaran matematika. Sebagai contoh, perayaan hari Raya Galungan yang pada hari (dalam bahasa bali disebut Dina) ”Buda Keliwan Dungulan” ternyata menerapkan konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Perhitungan ini menggunakan perhitungan ”Sapta Wara”, ”Panca Wara” dan ”Pawukuan/Pawukon”.
Sapta Wara merupakan perhitungan hari yang sesuai dengan perhitungan hari pada kalender Masehi yaitu terdiri dari 7 hari.. Hari pertama, yaitu hari Minggu = Redite, Senin = çoma, Selasa = Anggara, Rabu = Buda, Kamis = Wrespati, Jumat = Sukra, dan Sabtu = Saniscara.
Panca Wara merupakan perhitungan hari dengan anggota 5 yaitu, Umanis, Pahing, Pon, Wage, Keliwan. Sementara Pawukuan terdiri dari 30 anggota yaitu: Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadian, Warigadian, Julungwangi, Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Merakih, Tambir, Medangkungan, Matal, Uye, Menali, Perangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Kelawu, Dukut, Watugunung. Setiap Wuku terdiri dari 7 hari, dengan kata lain pergantian wuku satu ke wuku lainya adalah setiap 7 hari.
Melihat uraian di atas, maka Dina ” Buda Keliwan Dungulan” merupakan hari yang jatuhnya tepat pada hari ke-4 dari ”Sapta Wara”, Hari ke-1 dari ”Panca Wara” dan Wuku ke-10 dari ”Pawukuan”. Dengan mengimplementasikan konsep KPK, berarti hari/dina yang sama menurut ”Sapta wara, Panca wara, dan Pawukon” akan akan datang setipa ”210” hari, yaitu KPK dari 5, 7, dan 30. Ini berarti Hari raya Galungan datangnya setiap 210 hari. Begitu juga dengan hari-hari suci lain yang peringatanya berdasarkan Wuku.
Terima Kasih (Jero)
****

Januari 07, 2009

Indahnya Matematika

"Matematika, sudah sepantasnya dipandang, tak hanya memiliki kebenaran, namun keindahan tertinggi – dingin dan cermat yang bagus, seperti pahatan itu, tanpa menarik setiap bagian sifat lemah kita, tanpa hiasan indah lukisan atau musik, masih murni sama sekali, dan kemampuan kesempurnaan keras seperti hanya seni terbesar dapat mempertunjukkan. Jiwa kesenangan yang sesungguhnya, keagungan, arti badan lebih daripada manusia, yang merupakan batu ujian keunggulan tertinggi, untuk ditemukan dalam matematika seperti tentu saja puisi".

By: Bertrand Russell dalam Study of Mathematics

Januari 04, 2009

LILIN

Lilin, seuntaian kata yang sering kita dengarkan dan barangkali kita akan langsung berpikiran bahwa "sebatang benda dengan sehelai benang sebagai sumbu dan dilapisi dengan bahan bakar padat berupa paraffin". Namun, sedangakal itukah yang kita pikirkan tentang lilin?
Jika kita menemukan sebuah lilin di siang hari atau pada saat jaringan listrik tidak terdapat problem, maka kita akan mengabaikannya. Tetapi jika ketika di malam gelap dan tidak ada sumber cahaya maka kita akar berpikiran bahwa lilin adalah satu-satunya benda yang bisa membantu kita. Namun, dibalik keimutan fitur sebuah lili, terdapat begitu banyak ungkapan yang terkadang memerlukan pemikiran lebih lanjut untuk mampu memahaminya.
Teringat tentang lilin, ada seorang pemuda yang diberikan pilihan oleh mantan Dosen di Fakultas tempat dia menempuh pendidikan Sarjananya. Pada suatu kesempatan, mantan dosen tersebut memanggil pemuda tersebut untuk bertemu di suatu tempat dan setelah melaksanakan perbincangan basa-basi, sang dosen bertanya "anakku, Jika kamu sebuah lilin, apakah kamu ingin menjadi lilin yang menyala di bawah meja atau lilin yang menyala di atas meja? tetapi perlu disadari bahwa lilin tersebut akan habis terbakar seiring berjalannya waktu" dan sekarang adalah kesempatan terbaik bagi kamu untuk memilih.
Setelah merenung beberapa saat emuda tersebut menjawab "Aku ingin menyala di atas meja!".
Sang dosen berkata "pilihan yang tepat anakku, karena dengan menyala di atas meja kamu bisa menerangi ruangan yang lebih luas. Maka sekarang persiapkanlah dirimu sebaik mungki karena dengan menyala di atas meja, kamu akan mendapat terjangan angin dari segala penjuru dan ketika kamu berhasil untuk tetap bertahan dan tetap bersinar maka ruangan akan semakin terang dan setiap insan yang ada di ruangan akan tetap beraktivitas untuk membangun dunianya".
"Baik Pak, saya akan bersiap" kata pemuda itu. dan sang dosen berkata" selamat berjuang anakku!"
Begitulah akhir pembicaraan saat itu, dan dengan perjuanagan yang tak kenal lelah akhirnya sang pemuda mampu untuk menjadi lilin yang menyala di atas meja dan karena keputusannya itu akhirnya pemuda tersebut berhasil untuk menambah wawasanya dan pengetahuannya sehingga cahaya yang dihasilkan akan semakin terang.
Inspirator : agtusaja.blogspot.com
Terima kasih (Jero)

***