Januari 21, 2009

Batas Penggapaian Ilmu

Ilmu dalam pengertiannya dapat dipandang sebagai proses, prosedur, dan produk. Sebagai proses, ilmu didefinisikan sebagai aktivitas penelitian (rasional, kogninif dan bertujuan). Sebagai prosedur, Ilmu didefinisikan sebagai metode ilmiah dan pengetahuan sistematik merupakan pengertian ilmu sebagai produk. Dalam hal ini, ilmu didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan (Pandia)
Berbicara tentang Ilmu, sering terdengar suatu ungkapan ”Tuntutlah ilmu setingi mungkin”, ”Ilmu, kekayaan yang tak ternilai dengan uang” dan barangkali masih banyak ungkapan dan pertanyaan lain yang tentunya memberikan tantangan bagi kkaum intelektual untuk merenungkan dan menemukan kajian sebagai jawaban atas pertanyaan dan keraguan yang barangkali terdapat juga pada dirinya. Keraguan lain yang sering dipertanyakan yaitu sampai kapankah ilmu yang kita miliki akan bisa kita gunakan? Dan mampukah kita menggapai batas-batas ilmu tersebut? Bahkan, Bapak Dr. Marsigit dalam (powermathematics.blogspot.com) menulisakan ilmu dalam ilustrasinya sebagai ”orang tua berambut putih” yang memberikan gambaran bagaimana Elegi seorang guru dalam upaya menggapai batas. Untuk itu, perlu dikaji kembali sampai dimana sebenarnya batas-batas penjelajahan ilmu. Pandia, secara tegas menyatakan bahwa ”Ilmu memulai penjelajahanya pada pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia, Ilmu tidak mempelajari surga dan neraka dan tidak juga mempelajari sebab musabab kejadian terjadinya manusia, sebab semua itu berada di luar jangkauan pengalaman manusia” , Pernyataan ini memberikan gambaran yang cukup detail, bahwa batas dari penjelajahan ilmu hanyalah ”Pengalaman” manusia, yaitu mulai dari pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia juga. Pengalaman manusia pada dasarnya dapat diperoleh melalui panca inderanya, oleh karena itu jika pengalaman diperoleh dengan melihat maka ”ilmu adalah penglihatanmu”, jika penglaman diperoleh dengan mendengarkan, maka ”Ilmu adalah pendengaranmu” begitu juga untuk indera yang lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ilmu sesorang mencapai batas ketika ia harus meninggalkan dunia ini
*****
Sumber: Pandia, Wisma. Filsafat Ilmu. Diktat Kuliah Sekolah Tinggi Injil Philadelpia