Januari 27, 2009

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA (STUDI KASUS: PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA BALI)

Jero Budi Darmayasa, dkk.

PENDAHULUAN
Mempelajari matematika sebenarnya adalah mempelajari ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis. Menanamkan ide atau konsep yang abstrak ini merupakan persoalan yang tidak mudah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar jika tidak diimbangi dengan metode dan pendekatan mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa. Disinilah dituntut kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang ada dalam upaya peningkatan penguasaan konsep-konsep matematika. Untuk itu, strategi pembelajaran matematika di kelas pun seharusnya dimodifikasi agar siswa sebagai generasi penerus memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi, baik dalam pemahaman maupun kemampuan komunikasi matematikanya. Strategi dalam kaitannya dengan pembelajaran (matematika) yang dimaksud adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran matematika di kelas (Suherman, 2003)
Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, lingkungan kelas, lingkungan sekolah, dan budaya dimana sekolah tersebut berada. Salah satunya model kooperatif dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis (dalam Ansari, 2003) akan sesuai dengan salah satu budaya masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Kaya Parisudha (berbuat yang baik, berkata yang baik, dan berfikir yang baik). Hal ini pasti bisa dilakukan dimanapun matematika itu diajarkan karena terdapat banyak model dan pendekatan pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru dan setiap daerah memiliki budaya tersendiri yang tentunya selalu dipertahankan.
Dengan memperhatikan kenyataan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti suatu ide tentang pembelajaran matematika yang berbasis Budaya dengan judul ”Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya (Studi Kasus: Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya Bali)”, yaitu penerapan strategi pembelajaran TTW yang mengadopsi ajaran Tri Kaya Parisudha, dimana penulis mengambil kasus pembelajaran matematika di Bali dengan tempat penelitian di kelas VII B SMP Negeri 6 Singaraja. Adapun permasalahan yang ditemui di lapangan selama observasi yaitu: (1) kurangnya variasi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar, (2) dalam proses belajar mengajar, transfer pengetahuan sebagian besar masih bersifat satu arah yaitu dari guru ke siswa, (3) hanya sebagaian kecil siswa yang mampu menyampaikan gagasan/pendapatnya dengan baik dan benar, (4) siswa yang tidak mengerti cenderung menunjukkan prilaku yang tidak sopan dan mengganggu temannya sehingga tidak jarang guru membentak-bentak di dalam kelas.
Sebuah permasalahan yang dapat dirumuskan terkait dengan latar belakang di atas yang akan dicari solusinya, yaitu apakah pembelajaran matematika berbasis budaya Bali mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 6 Singaraja tahun ajaran 2006/2007? Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 6 Singaraja tahun ajaran 2006/2007. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu guru matematika dapat memvariasikan proses belajar mengajar sehari-hari sehingga bisa memberikan suasana baru bagi siswa dan mencegah rasa bosan pada siswa, siswa mendapat suasana belajar yang dekat dengan apa yang dilaksanakan dalam aktivitas sehari-harinya (budaya), peneliti lebih memahami tentang pembelajaran matematika yang mengadopsi salah satu budaya yang berkembang dan dipertahankan di Bali yaitu Tri Kaya Parisudha.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang mengambil tempat penelitian di SMP Negeri 6 Singaraja. Subjek penelitian adalah kelas VII B tahun ajaran 2006/2007 dengan banyak siswa 35 orang. Objek dalam penelitian ini meliputi motivasi dan prestasi belajar matematika siswa.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dimana pada setiap siklus dilaksanakan empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Perencanaan tindakan meliputi penyiapan alat dan bahan penelitian serta instrumen penelitian. Alat dan bahan yang dibuat dalam tahap perencanaan ini meliputi alat bantu diskusi dari transparan dan model dari kertas karton yang akan digunakan oleh siswa setelah tahap Talk yang berfungsi untuk meyakinkan bahwa hasil diskusi mereka benar. Kegiatan siswa menggunakan alat bantu tersebut merupakan pengembangan strategi TTW yang mengadopsi ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu bagian Kayika Parisudha (berbuat yang baik). Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga kali pertemuan dikelas, dimana pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk penyampaian materi pelajaran, sedangkan pada pertemuan ketiga dilakukan tes prestasi belajar dan penyebaran angket motivasi belajar. Tahap observasi/evaluasi juga dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Pada tahapan terakhir dilakukan refleksi terhadap data yang diperoleh dari hasil observasi/evaluasi. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
Data motivasi belajar siswa dikumpulkan melalui angket motivasi yang dibuat dengan skala Likert. Data motivasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan skor rata-rata ( ), mean Ideal (MI), dan standar deviasi ideal (SDI).

Sementara data tentang prestasi belajar matematika siswa yang meliputi skor rata-rata prestasi belajar siswa ( ), Daya Serap (DS), dan Ketuntasan Belajar (KB) dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi belajar dalam bentuk uraian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data, pelaksanaan tindakan pada siklus I cukup memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor motivasi belajar siswa yaitu 6,41 yang tergolong cukup aktif. Nilai rata-rata prestasi belajar matematika siswa ( ) sebesar 6,51 dengan daya serap sebesar 65,1 % dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal (KB) sebesar 57 %. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, rata-rata prestasi belajar matematika siswa dan daya serap sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan namun masih belum memuaskan, ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I beberapa kendala muncul seperti: (1) kurang antusiasnya siswa dalam diskusi kelompok karena siswa belum terbiasa dalam melaksanakan diskusi kelompok, banyak siswa yang masih enggan untuk bertanya kepada siswa yang lebih mampu tentang hal yang kurang dipahami. Untuk mengatasi permasalahan ini peneliti memberikan dorongan kepada siswa yang sudah paham tentang materi yang diajarkan untuk menjelaskan kepada temannya; (2) siswa masih kurang terbiasa untuk membaca bahan ajar secara mandiri dan siswa belum terbiasa membaca petunjuk penggunaan media sebagai sumber belajar sehingga siswa kurang mengaitkan materi yang akan dibahas dengan konsep yang telah diketahui oleh siswa. Masalah ini ditindaklanjuti dengan meminta siswa untuk membaca bahan ajar dengan serius dan meminta siswa untuk mempelajari materi-materi yang berkaitan dengan materi tersebut sehingga siswa lebih mudah menemukan konsep yang akan dipelajari; (3) siswa masih enggan untuk menyampaikan kesimpulan dan menuliskannya secara mandiri. Untuk mengatasi kendala ini, guru menunjuk siswa secara acak untuk menyimpulkan materi yang sudah dibahas dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi kesimpulan yang dibuat oleh temannya, kemudian guru memberikan penegasan.
Pada siklus II, yang merupakan perbaikan tindakan pada siklus I ternyata memberikan dampak positif pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa. Rata-rata skor motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 4,68 dari 37,94 pada siklus I menjadi 42,63 pada siklus II. Rata-rata kelas pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,35 yaitu dari 6,51 pada siklus I menjadi 6,86 pada siklus II. Sedangkan daya serap siswa (DS) pada siklus II adalah 68,6 % atau mengalami peningkatan sebesar 3,5 % dari siklus I. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 8,7 % yaitu dari 57 % pada siklus I menjadi 65,7 % pada siklus II. Berdasarkan dari rata-rata tersebut, rata-rata prestasi belajar matematika siswa dan daya serap sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan namun masih bisa ditingkatkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum memenuhi target penelitian ini yaitu ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal 85 %. Meninjau hasil refleksi pada siklus II, masih terlihat adanya beberapa kendala sebagai berikut: (1) masih ada siswa yang tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas kelompok dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya kepada siswa yang lain. Untuk mengatasi kendala ini peneliti menunjuk salah satu wakil kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan menjelaskan kepada teman-temannya yang lain; (2) masih ada siswa yang enggan dalam mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi jawaban temannya dalam proses pembelajaran dan hanya didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Untuk mengatasi kendala tersebut, peneliti senantiasa memberikan pujian/penguatan apabila siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Selain itu, peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat temannya dengan memberikan tambahan nilai. Hal lain yang peneliti lakukan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
Pelaksanaan tindakan pada siklus III, yang merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus II, ternyata berdampak positif pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa. Rata-rata skor motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 5,4 dari 42,63 pada siklus II menjadi 48,03 pada siklus III. Rata-rata skor prestasi belajar matematika siswa pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 0,43 yaitu dari 6,93 pada siklus II menjadi 7,36 pada siklus III. Sedangkan daya serap siswa (DS) sebesar 73,6 % atau mengalami peningkatan sebesar 4,3 % dari siklus II. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 50 % yaitu dari 65,7 % pada siklus II menjadi 85,7 % pada siklus III. Secara umum, pada pelaksanaan siklus III tidak lagi muncul kendala-kendala yang muncul pada siklus sebelumnya. Siswa sudah antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan, sudah berani mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan menanggapi pendapat temannya.
Dari hasil yang diperoleh pada siklus III, terlihat bahwa rata-rata skor tes prestasi belajar, daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika berbasis budaya Bali dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa.

KESIMPULAN
Dari uraian dan penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan pembelajaran matematika berbasis budaya Bali dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Singaraja. Pada siklus I motivasi belajar matematika siswa adalah cukup dengan rata-rata skor 37,94. Pada siklus II skor rata-rata motivasi belajar matematika siswa meningkat sebesar 4,6 menjadi 42,63 dengan kategori baik. Kemudian, pada siklus III skor rata-rata motivasi belajar matematika siswa meningkat sebesar 5,4 menjadi 48,63 dengan kategori sangat baik.
2. Penerapan pembelajaran matematika berbasis budaya Bali dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Ajaran 2006/2007. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas, daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I dengan rata-rata kelas sebesar 6,51, daya serap 65,1 % dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 57 %. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat sebesar 0,42 menjadi 6,93, daya serap meningkat sebesar 4,2 % dan ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 8,7 % menjadi 65,7 %. Setelah siklus III rata-rata kelas meningkat sebesar 0,43 menjadi 7,36, daya serap meningkat sebesar 4,3 % dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat sebesar 20 % menjadi 85,7 %.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu Irianto. (2003). Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi Think-Talk Write dalam Upaya Menumbuh Kembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMU, Disampaikan dalam The 6thJICA-IMSTEP National Seminar, August 25, 2003.

Depdiknas.(2003). Kegiatan Belajar mengajar yang Efektif, Jakarta, Puskur
Nurkancana, Wayan & Sunartana. (1990). Evaluasi Hasil Belajar, Surabaya, Penerbit Usaha Nasional.

Nur, M. (2001). Pemotivasian Siswa untuk Belajar, Surabaya, Pusat Study Matematika dan IPA sekolah Universitas Negeri Surabaya.

Roestiyah, N. K. (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Renika Cipta
Russeffendi. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika, Jakarta, Dirjen Dikti.
Santyasa, Wayan. (2004). Penerapan Model ICI dalam Pembelajaran Fisiska Sebagai Upaya Perbaikan Miskonsepsi, Pemahaman Konsep, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SMU N 1 Singarajaa pada Semester I Tahun 2004/2005, Laporan Penelitian (tidak diterbitkan).

Sardiman,A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Suyati, M. Khafid. (2002). Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas V, Jakarta, Erlangga.

Suherman, H. Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung, JICA-IMSTEP.

Suranada, Gede. (2004). Hubungan Antara Kecerdasan, Motivasi Belajar dan Lingkungan Keluarga Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri di Singaraja, Tesis Program Pasca Sarjana IKIP Negeri Singaraja.