Anak-anak Berbeda
Anak-anak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantara perbedaan tersebut masih berada pada taraf normal, sehingga tidak memerlukan kebijakan khusus. Disisi lain, perbedaan dalam bentuk lain disebut sebagai ketetapan yang harus dibuatkan situasi khusus dalam pembelajaran.
Perbedaan Intelektual
Anak-anak berbeda dalam tingkat kecerdasannya. Kapasitas intelektual anak secara tradisional diukur dengan menggunakan tes IQ. Namun, validitas tes IQ merupakan subjek yang masih diperdebatkan secara terus-menerus, dan beberapa kritik serta klaim bahwa tes IQ merupakan diskriminasi dan berlawanan bagi anak dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.
Perbedaan Tingkat Pencapaian
Salah satu bentuk nyata untuk melihat perbedaan anak adalah dengan memeriksa hasil pencapaian dalam tes matematika standar. Tingkat pencapaian anak merupakan suatu fungsi yang menunjukkan nilai belajar anak. Murid dalam posisi puncak di suatu kelompok biasanya mampu belajar matematika dengan cepat, sementara murid dengan posisi terendah di dalam kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat. Pada posisi tengah-tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan yang merata dalam pencapaian matematika.
Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Anak-anak berasal dari berbagai lingkungan keluarga. Anak dari keluarga berada dengan pendidikan yang memadai biasanya datang ke sekolah dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih cenderung menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya, anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan dengan latar belakang orang tua tanpa pendidikan cenderung menjadi pebelajar yang lambat.
Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap anak dalam menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya korelasi positif antara sikap anak terhadap matemtika dengan sikap orang tua terhadap mata pelajaran ini.
Latar Belakang Budaya dan Etnis
Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya, layaknya anak-anak tertarik dan menilai pencapaiannya dalam suatu pendidikan.
Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan mempengaruhi prestasi dalam bidang akademik. Anak-anak yang memperoleh hasil yang selalu efektif, penuh arti, sebagai contoh program matemtika yang dianjurkan, cenderung berada di atas rata-rata dan menjadi pebelajar yang cepat. Murid yang memiliki sedikit pengalaman, seringnya mengikuti metode drill tanpa akhir untuk belajar teknik menghitung dan menghapalkan operasi dasar matematika biasanya mengalami kesulitan dalam memahami matemtika dasar tahap lanjut.
Sementara itu, Ronberg dan Montgomery (dalam Shumway, :1980:325)i menyatakan bahwa tedapat beberapa hal penting tentang perbedaan individuyang penting untuk pembelajaran, diantaranya: 1) Pencapaian siswa dan perbedaan kecepatan, 2) Perbedaan dari segi prestasi dan kenaikannya di kelas, 3) Prestasi sering ditandai dengan luapan perasaan yang berbeda diantara siswa, dan 4) perbedaan dalam diri individu mungkin kadang lebih kuat dari perbedaan antar individu. Disisi lain, penelitian yang dilakukan Preckelii (2008) menyelidiki pengaruh gender terhadap konsep diri, ketertarikan, dan motivasinya dalam bidang matemtika dan menyimpulkan bahwa perbedaan gender dalam hal konsep diri, ketertarikan, dan motivasi dalam matemtika lebih merata pada siswa berbakat daripada siswa dengan kemampuan merata.
Menghadapai Perbedaan Individu dengan Kemampuannya masing-masing di dalam Kelas
Terdapat bermacam-macam cara untuk menghadapi perbedaan individu terkait dengan kemampuan matematika dasarnya. Iswa dengan kemampuan rata-rata cenderung berorientasi pada buku, pebelajar lambat tidak diharapkan mampu membicarakan semua topik dalam progra reguler, dan pebelajar cepat cenderung memerlukan pendalaman materi dan pengayaan dalam pemecahan masalah. Pebelajaran lambat dalam tingkat penyelidikan memerlukan bantuan benda-benda konkrit, sementra pebelajar cepat memerlukan penguasaan.
Terdapat dua keuntungan memiliki siswa yang memiliki perbedaan tingkat kedewasaan dan kemampuan operasi. Pertama, program relatif mudah untuk dikelola. Semua siswa memulai setiap unit secara bersama-sama dalam sebuah kelompok. Kedua, efektif dalam pemberian tugas dan pengelolaannya.
Namun perlu disadari bahwa anak-anak dalam belajar matemtika memiliki keperluan yang berbeda dalam waktu yang berbeda. Kita harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan kepentingan per individu dan kelompok.
Variasikan waktu, karena beberapa anak membutuhkan tambahan waktu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
Variasikan perhatian. Ada anak yang tidak mampu memahami apa yang terdapat dalam buku dan apa yang disampaikan dan dibicarakan guru.
Memanfaatkan orang-orang. Guru tidak mungkin mampu memberikan pelayanan kepada setiap siswa untuk belajar matemtika dalam waktu bersamaan. Oleh karena, terdapat beberapa cara untuk memiliki beberapa asisten dalam pembelajaran, misalnya dengan membentuk kelompok kecil, belajar dalam suatu kelompok belajar, dan meminta orang tua sebagai tutor belajar di rumah.
Variasikan kurikulum pembelajaran. Beberapa topik dapat diberikan untuk kelas, tapi ada juga topik yang secara khusus dipilih untuk individu.
Variasikan penyampaian materi/pengajaran.Pembelajaran harus divariasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Variasikan metode mengajar. Variasikan pendekatan pengajaran dengan memperhatikan keseimbangan dan diikuti dengan teknik yang tepat. Misalnya penemuan mandiri, penemuan terbimbing, presentasi. Langkah mandiri, penugasan individu, diskusi kelompok kecil, dan bersama seluruh kelas, penyampaian oleh guru. Aktivitas yang dikontrol oleh guru, penugasan bebas.
Mastery Learning, Pendekatan Berbasis Kelompok
Callahan dan Glennon melaporka”....simply narrowing the ability range does not necessarily result in better anjustment of method or content and does not necessarily result in increased achievement” ini mengindikasikan bahwa pengelompokan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya bukanlah hal yang penting untuk meningkatkan prestasi siswa. Pendekatan Mastery-Learning merupakan pendekatan diusulkan untuk memberikan jalan kepada semua siswa menggunakan kesempatannya mendapatkan penguasaan tingkat tinggi. Ini bukan hanya membantu siswa yang mengalami keterlambatan dalam kemampuan matemtika, tetapi juga memotivasi siswa dengan kemapuan belajar cepat untuk mampu melebihi tuntutan minimum.
Kemandirian, Belajar Sendiri
Kemandirian, belajar mandiri terdiri dari beberapa komponen dasar:
Tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh setiap siswa harus jelas.
Test, tes yang bervariasi perlu juga digunakan. Tes penempatan digunakan untuk menentukan kesiapan setiap berkas pembelajaran sehingga setiap siswa dapat ditempatkan pada posisi yang sesuai.
Kiat belajar, berdasarkan data diagnostik, setiap siswa diberikan materi belajar yang tepat, biasanya diprogram dalam buku kerja.
Sistem pencatatan. Pencatatan hasil belajar siswa dijaga dari setiap siswa.
Pendekatan Tanpa Penilaian untuk Melayani Perbedaan Individu
Untuk melayani perbedaan individu terkait dengan kompetensi diri di dalam kelas, anda harus mengembangkan dan menggunakan apakah pendekatan sudah sesuai dengan cara kerja siswa. Tebtu saja, pembelajaran yang luar biasa bagi siswa jika secara rutin menerapkan praktek pengajaran yang maksimal, meliputi;
Rancang tujuan pembelajaran dan sesuaikan dengan kebutuhan siswa
Lebih fleksibel dan lakukan pembelajaran yang bervariasi dengan materi yang berbeda.
Menerima dan perhatian terhadap setiap siswa
Kembangkan kebebasan dan disiplin diri
Berpikir positif tentang matematika, buat belajar menyenangkan dan menggairahkan.
Ciri-ciri Pebelajar Lambat
Anak-anak menjadi lambat dalam belajar matematika dasar memiliki beberapa alasan.Untuk mengetahui penyebab anak lambat dalam belajar, perlu diketahui terlebih dahulu ciri-ciri dari setiap pebelajar lambat. Para pebelajar lambat sering menunjukka ciri-ciri sebagai berikut:
Intelegensinya termasuk rata-rata bawah..
Memiliki kebiasaan buruk ke sekolah.
Defisiensi fisik
Masalah psikologi dan emosi
Berasal dari keluarga miskin
Cacat fisik
Menyediakan Pembelajaran yang Tepat untuk Pebelajar Lambat
Pembelajaran yang efektif untuk pebelajar lambat membutuhkan dua usaha besar, yaitu:
Berikan perlakuan secara langsung terkait dengan penyebab mengapa prestai mereka kurang
Perhatian harus terfokus pada hasil diagnosa dari kesulitan mereka dalam belajar matetika
Kebiasaan yang Disarankan untuk Pebelajar Lambat
Berikut ini beberapa cara yang sering digunakan untuk penentuan pembelajaran bagi siswa dengan kemampuan belajar lambat:
Pilih materi yang berkaitan dengan keterampilan kelangsungan hidup, seperti berkaitan dengan uang, waktu, dan pengukuran.
Sajiikan materi per tahap dan yakinkan bahwa mereka bisa berhasil
Berikan kesempata kepada siswa untuk bekerja di laboratorium pada materi tingkat penguasaan.
Berikan tes diagnostik untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menyebabkan mereka terhambat dalam belajar.
Tekankan pengertian dan pemahaman konsep serta langkah-langkahnya sebelum memberikan tugas untuk menghindari kesalahan dalam proses dan prosedur gagal.
Presentasikan topik baru dalam waktu yang lebih lama
Sediakan siswa dengan kemampuan lambat lebih banyak waktu
Berikan latihan singkat berkali-kali
Tunda pemberian topik baru sampai mereka benar-benar menguasa topik yang akan digunakan selanjutnya
Jika memungkinkan, berikan kepada siswa dengan kemampuan lambat hanya kegiatan yang terdapat dalam buku teks tertentu dan permasalahan yang tidak membuat mereka frustasi.
Berikan tuntunan
Berusaha untuk mengubah sikapnya terhadap sekolah dan matematika
Ajak orang tua untuk merancang peningkatan belajarnya
Hindari mengasingkan mereka dari siswa lainnya.
Ciri-ciri Pebelajar Cepat
Kebanyakan pebelajar cepat memiliki karakteristik:
Memiliki intelegensi rata-rata atas
Memiliki prestasi yang tinggi dalam penalaran matematika
Memiliki kebiasaan baik di sekolah
Berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang bagus
Komitment terhadap tugas
Kreatif
Senang bergaul
Menyediakan Pembelajaran yang Tepat untuk Pebelajar Cepat
Perancangan program yang baik bagi siswa rata-rata tidak cukup bagi pebelajar cepat karena alasan berikut:
Pebelajar cepat dapat menerima lebih cepat daripada pebelajara rata-rata
Pebelajara cepat dapat menerima konsep yang lebih tinggi daripada pebelajar rata-rata
Pebelajar cepat dapat menggeneralisasi dan menemukan solusi yang berbeda untuk permasalahan yang oleh siswa dengan kemampuan rata-rata tidak dapat diselesaikan.
Kebiasaan yang Disarankan untuk Pebelajar Cepat
Bentuk Pengaturan untuk Pebelajar Cepat
Gunakan Guru Khusus
Kreasikan Kelas Khusus
Sesuaikan kurikulum untuk Pebelajar Cepat
i Shumway, R. 1980. Research in Mathematics Eduction. NCTM.
ii Preckel, et. al. Gender Differences in Gifted and Average-Ability Students: Comparing Girls' and Boys' Achievement, Self-Concept, Interest, and Motivation in Mathematics. Diambil dari: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1531234011&sid=11&Fmt=3&clientId=68516&RQT=309&VName=PQD.
1 komentar:
Akhirnya ngupdate juga ya mas setelah lama ndak ngeblog...
Artikelnya menarik sekali.
Memang idealnya sebagai pendidik harus bisa mengimplementasikan point-point yang mas Jero tulis. Sayangnya, di lapangan banyak kendala menghadang antara lain kurangnya kesepahaman antar guru, juga komitmen (kepala) sekolah dalam menangani anak secara individu. Apalgi dengan tuntutan UN sekarang, di sekolah-sekolah banyak kepala sekolah yang memperlakukan guru seperti robot. Pokoknya target UN dan UN, sehingga aspek-aspek perhatian terhadap individu siswa diabaikan.
Saya pribadi masih berpikiran positif dan berharap akan semakin banyak pendidik yang mampu mengakomodasi perbedaan individu siswa, termasuk saya pribadi. Terima kasih. Saya tunggu posting-posting lainnya.
Posting Komentar